BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam Al-Qur’an
banyak terdapatayat-ayat yang menyerukan manusia untuk memperhatikan, merenung
dan memikirkan penciptaan Allah baik yang di langit, bumi maupun diantara
keduanya.Diantara ayat-ayat yang menerangkan tentang hal tersebut yaitu Q.S Ali
Imran ayat 190-191.
Salah satu cara
mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan membaca dan
merenungkan ayat-ayat-Nya, serta mensyukuri apa yang terbentang di alam
semesta. Allah menyuruh manusia untuk merenungkan alam, langit dan bumi.Langit
yang melindungi dan bumi yang terhampar tempat manusia hidup.Juga memperhatikan
pergantian siang dan malam.Semuanya itu penuh dengan ayat-ayat, tanda-tanda
kebesaran Allah SWT.
B.
Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang
menjadi perumusan masalah di dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana
Lafadz dan terjemah Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?
2.
Bagaimana
Penafsiran dari Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?
3.
Apa saja
kandungan hukum yang terdapat pada Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?
4.
Bagaimana Aspek
Tarbawi dari Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Lafal dan Terjemah Q.S Ali Imran Ayat 190-191
إِنَّ فِي
خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ
لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (190)
الَّذِينَ
يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا
سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami,
Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka.” (191)[1]
B.
Mufrodat
الخلق :
Perkiraan & penyusunanyang menunjukan pada tatanan yang mantap
اختلاف الليل والنهار : Pergantian antara keduanya dan silih
bergantinya siang dan malam
لايات :Sungguh
yang merupakan tanda yang menunjukkan adanya Allah dan kekuasaannya.
الالباب :
Bentuk tunggal dari Lubbun yang artinya akal.
قياما وقعودا :
Bentuk tunggal dari qaim dan qa’id, yang artinya berdiri dan
duduk.
باطلا :
Sia-sia dan tidak ada faedahnya.
فقنا عذاب النار :
Jadikan amal soleh itu sebagai tameng bagi kami dari azab neraka
C.
Uraian dan Tafsir ayat
Dalam ayat 190 menjelaskan bahwa sesungguhnya
dalam tatanan langit dan bumi serta keindahan perkiraan dan keajaiban
ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya siang dan malam secara teratur
sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita
dan cara berpikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan
pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna merupakan tanda dan bukti yang
menunjukkan keesaan Allah, kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaan-Nya.[2]
Langit dan bumi dijadikan oleh Al-Khaliq
tersusun dengan sangat tertib.Bukan hanya semata dijadikan, tetapi setiap saat
nampak hidup.Semua bergerak menurut aturan.
Silih bergantinya malam dan siang, besar
pengaruhnya atas hidup kita dan segala yang bernyawa.Kadang-kadang malam terasa
panjang dan sebaliknya.Musim pun silih berganti.Musim dingin, panas, gugur, dan
semi.Demikian juga hujan dan panas.Semua ini menjadi tanda-tanda kebesaran dan
keagungan Allah bagi orang yang berpikir.Bahwa tidaklah semuanya terjadi dengan
sendirinya.Pasti ada yang menciptakan yaitu Allah SWT.[3]
Diriwayatkan dari 'Aisyah ra, bahwa Rasulullah
saw berkata: "Wahai 'Aisyah apakah engkau mengizinkankanda pada malam ini untuk
beribadah kepada Allah SWT sepenuhnya?". Jawab Aisyah ra: " wahai
Rasulullah, Sesungguhnya saya menyenangi apa yang kanda senangi, menyukai apa
yang kanda sukai.Dinda izinkan kanda melakukannya.”Kemudian nabi mengambil
qirbah (tempat air yang terbuat dari kulit domba) yang terletak didalam rumah,
lalu berwudlu.Selanjutnya beliau mengerjakan shalat.Di waktu salat beliau
menangis sampai-sampai air matanya membasahi kainnya, karena merenungkan ayat
Alquran yang dibacanya.Setelah salat beliau duduk memuji-muji Allah dan kembali
menangis tersedu-sedu.Kemudian beliau mengangkat kedua belah tangannya berdoa
dan menangis lagi dan air matanya membasahi tanah.Kemudian datanglah Bilal
untuk azan subuh dan melihat Nabi saw menangis ia bertanya: "Wahai
Rasulullah! Mengapakah Rasulullah menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa
Rasulullah baik yang terdahulu maupun yang akan datang". Nabi menjawab:
"Apakah saya ini bukan seorang hamba yang pantas dan layak bersyukur
kepada Allah SWT? Dan bagaimana saya tidak menangis?Pada malam ini Allah SWT
telah menurunkan ayat kepadaku.Selanjutnya beliau berkata: "Alangkah rugi
dan celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikir dan merenungkan
kandungan artinya".[4]
Pada ayat 191 mendefinisikan orang-orang yang
mendalam pemahamannya dan berpikir tajam (Ulul Albab), yaitu orang yang berakal,
orang-orang yang mau menggunakan pikirannya, mengambil faedah, hidayah, dan
menggambarkan keagungan Allah.Ia selalu mengingat Allah (berdzikir) di setiap
waktu dan keadaan, baik di waktu ia beridiri, duduk atau berbaring. Jadi
dijelaskan dalam ayat ini bahwa ulul albab yaitu orang-orang baik lelaki maupun
perempuan yang terus menerus mengingat Allah dengan ucapan atau hati dalam
seluruh situasi dan kondisi.[5]
Dari
keterangan diatas dapat diketahui bahwa objek dzikir adalah Allah, sedangkan
objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena alam.Ini berarti
pengenalan kepada Allah lebih banyak didasarkan kepada kalbu, Sedang pengenalan
alam raya oleh penggunaan akal, yakni berpikir. Akal memiliki kebebasan
seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki keterbatasan
dalam memikirkan Dzat Allah, karena itu dapat dipahami sabda Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui Ibn ‘Abbas,
تفكرافى اخلق ولاتتفكروافى اخا لق
“Pikirkan dan renungkanlah segala sesuatu yang
mengenai makhluk Allah jangan sekali-kali kamu memikirkan dan merenungkan
tentang zat dan hakikat Penciptanya, karena bagaimanapun juga kamu tidak akan
sampai dan tidak akan dapat mencapai hakikat Zat Nya.”
Orang-orang yang berdzikir lagi berfikir
mengatakan: "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan makhluk ini semua,
yaitu langit dan bumi serta segala isinya dengan sia-sia, tidak mempunyai
hikmah yang mendalam dan tujuan yang tertentu yang akan membahagiakan kami di
dunia dan di akhirat, sebagaimana disebar luaskan oleh sementara orang-orang
yang ingin melihat dan menyaksikan akidah dan tauhid kaum muslimin runtuh dan
hancur. Maha Suci Engkau Ya Allah dari segala sangkaan yang bukan bukan yang
ditujukan kepada Engkau. Karenanya, maka peliharalah kami dari siksa api neraka
yang telah disediakan bagi orang-rang yang tidak beriman.[6]Ucapan
ini adalah lanjutan perasaan sesudah dzikir dan pikir, yaitu tawakkal dan
ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri.Sebab itu bertambah tinggi ilmu
seseorang, seyogyanya bertambah pula dia mengingat Allah.Sebagai tanda
pengakuan atas kelemahan diri itu, dihadapan kebesaran Tuhan.[7]
Pada ujung ayat ini ( “Maha suci Engkau !
maka peliharalah kiranya kami dari azab neraka” ) kita memohon ampun kepada
Tuhan dan memohon agar dihindarkan dari siksa neraka dengan upaya dan
kekuatan-Mu serta mudahkanlah kami dalam melakukan amal yang diridhai Engkau
juga lindungilah kami dari azab-Mu yang pedih. [8]
D.
Kandungan Hukum
Pada QS.
Ali-Imran ayat 190-191 di dalamnya memiliki kandungan hukum yaitu Allah mewajibkan kepada umatnya untuk
menuntu ilmu dan memerintahkan untuk mempergunakan pikiran kita untuk
merenungkan alam, langit dan bumi (yakni memahami ketetapan-ketetapan yang
menunjukkan kepada kebesaran Al-Khaliq, pengetahuan) serta pergantian siang dan
malam. Yang demkian ini menjadi tanda-tanda bagi orang yang berpikir, bahwa
semua ini tidaklah terjadi dengan sendirinya. Kemudian dari hasil berpikir
tersebut, manusia hendaknya merenungkan dan menganalisa semua yang ada di alam
semesta ini, sehingga akan tercipta ilmu pengetahuan.
E. Aspek Tarbawi
Dari ayat di
atas dapat diambil aspek tarbawinya yaitu sebagai berikut :[9]
1.
Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap
muslim.
2.
Akal manusia hendaknya digunakan untuk
memikirkan, menganalisa, dan menafsirkan segala ciptaan Allah.
3.
Dalam belajar tidak diperbolehkan memikirkan
Dzat Allah, karena manusia mempunyai keterbatasan dalam hal tersebut dan
dikhawatirkan akan terjerumus dalam berpikir yang tidak sesuai.
4.
Jika seseorang memiliki renungan, ia memiliki
pelajaran dalam segala perkara.
5.
Hendaknya manusia mempercayai bahwa semua
penciptaan Alah tidak ada yang sia-sia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ulul
Albab adalah orang-orang yang tidak melalaikan Allah dalam setiap waktu.Mereka
merasa tenang dengan mengingat Allah dan tenggelam dalam kesibukan mengoreksi
diri secara sadar bahwa Allah selalu mengawasi mereka.
Bahwasanya
keberuntungan dan keselamatan hanya bisa dicapai melalui mengingat Allah dan
memikirkan makhluk-Nya dari segi yang menunjukkan adanya sang pencipta.
Seorang
mukmin yang mau menggunakan akal pikirannya, maka akan luas pengetahunnya
tentang alam semesta yang menghubungkan antara manusia dan Tuhan.
B.
Saran
Atas penciptaan alam semesta ini, hendaknya
kita menyadari tugas sebagai khalifah Allah, yang berkewajiban memakmurkan bumi
serta menjadi rahmat bagi alam sekelilingnya, dengan menggali, meneliti dan
memanfaatkan hukum-hukum Allah bagi alam ciptaan-Nya ini.
[1]Departemen Agama, Kitab Suci Alqur’an, Alqur’an dan
Terjemahannya
[2]Ahmad Mustafa
Al-Maragi, Tafsir Al Maragi Juz IV, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1993), Cet 2, hlm. 288
[3]
http://santrikota.blogspot
[4]Ahmad Mustafa
Al-Maragi, Tafsir Al Maragi Juz IV, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1993), Cet 2, hlm.290
[5] M. Quraisy Shihab, Tafsir
Al-Mishbah,(Jakarta, Lentera Hati, 2002), hlm. 308
[6]Depag
RI, 1990, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Jilid , Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf
[7] Prof. Dr.
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz IV, (Jakarta, Pustaka Panjimas, 1983), hlm. 251
[8] M. Nasib Ar-Rifa’i, Tafsir Ibnu Katsir Jilid. I, (Jakarta, Gema
Insani Press, 1999), hlm. 635
[9]http://santrikota.blogspot
0 komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.