*10 maret
1992, yang ku tahu itu tanggal lahirku, waktu dimana aku dilahirkan dari rahim
seorang ibu yang berjuang keras
mempertaruhkan nyawa dan kasih sayangnya. sesungguhnya aku tak tau pasti
bagaimana deskripsi waktu dan keadaan pada saat itu, aku juga tak ingat bagaimana rasanya
berpindah dari alam rahim ibuku menuju ke alam dunia yang panass ini (gerah bin
sumuk) yaa karna memang ingatanku belumlah tersetting secara sempurna,,
tapi berdasarkan cerita dari Ibuku, aku dapat membayangkan:
tapi berdasarkan cerita dari Ibuku, aku dapat membayangkan:
Malam
itu, aku mulai gelisah di perut ibu. Yaa gelisah. . Tapi Bukan karna aku tak
betah.
Kalau boleh terus terang, mungkin disanalah tempat yang paling nyaman di jagat raya ini (dirahim ibuku). karena ketika berada disana aku menjadi bagian dari ibu, dekat dengan hatinya, dekat dengan jantungnya, dan aku mapu merasakan kasih sayangnya dalam setiap detak jantungnya deg deg deg,( ahhh so sweet :D) dan yang pasti aku senantiasa berada dalam dekapannya setiap waktu. . Hmm Tapi ragaku sudah semakin besar, dan tak mungkin jika aku terus berada dalam rahimnya karna aku harus segera memulai tugasku di muka bumi.
Kalau boleh terus terang, mungkin disanalah tempat yang paling nyaman di jagat raya ini (dirahim ibuku). karena ketika berada disana aku menjadi bagian dari ibu, dekat dengan hatinya, dekat dengan jantungnya, dan aku mapu merasakan kasih sayangnya dalam setiap detak jantungnya deg deg deg,( ahhh so sweet :D) dan yang pasti aku senantiasa berada dalam dekapannya setiap waktu. . Hmm Tapi ragaku sudah semakin besar, dan tak mungkin jika aku terus berada dalam rahimnya karna aku harus segera memulai tugasku di muka bumi.
Perut ibu mulai melilit. Beliau
panik, ayahku panik, ini pertanda aku siap untuk menyapa dunia. maka pergilah beliau
ke rumah sakit dikotaku “Gombong” ditemani oleh ayahku yang ikut gelisah kala
itu. Aku tahu kenapa ayah gelisah. Aku adalah anak pertamanya. Ada kegirangan
dan harap-harap cemas dalam kegelisahannya itu. Seperti apakah bayi yang akan
lahir, manusia kecil yang akan menjadi bagian dari amanatnya sebagai seorang
ayah. apakah beralis tebal? Bermata lebar? Berambut lebat? Berkulit putih?
berhidung mancung? berbibir tipis? Ahh lupakan!
Nampaknya malam itu aku masih ragu untuk keluar dari Rahim
ibu. Aku masih ingin menikmati hangatnya suasana disana, suasana yang nyaman
dan jauh dari hiruk pikuk keduniawian. (bikin heboh Cuma cari sensasi, heee
piss mom J) dan
mungkin waktu itu aku kembali tertidur. jarum jam dirumah sakit terus berputar
hingga waktu sahurpun tiba. upzz aku lupa menceritakan pada kalian, waktu itu
bulan Ramadhan, bulan yang suci dan penuh ampunan dimana umat muslim menjalankan
ibadah puasa.
Okkehh lanjuutt, ,!
Hari menjelang pagi, saat jarum panjang menunjuk angka 9 dan jarum pendek mendekati
angka 4, aku mendadak terbangun dan ingin bergegas keluar dari Rahim
ibuku, Seolah olah aku memaksakan diri untuk melihat terbitnya sang fajar pagi itu.
aku ingin hadir ketika dunia mulai membuka mata dan menyapa seluruh penduduk
bumi, aku ingin ikut dalam arusnya, arus ketika penduduk bumi memulai
kesibukannya merayakan keagungan Tuhan dan mensyukuri rizki serta nikmat yang
dianugerahkan untuk setiap makhlukNya.
Ibu
melilit, merintih, dan sakit … dalam perjuangannya antara hidup dan mati, semua
itu untukku, dan demi aku. (Semoga Allah melimpahkan seluruh kasih sayangnya
untukmu Ibu. . mengampuni dosa-dosamu, dan menempatkanmu di tempat yang mulia
kelak di sisi Tuhan Yang maha pengasih lagi penyayang, terimakasih untuk
perjuanganmu yang telah membawa seorang khalifah Tuhan ke muka bumi ini.)
Oeee
oeeee oeeee (kenapa nangisnya oe oe ia? Hihiy)
Konon tangisku pecah tak lama setelah fajar, ketika matahari
mulai tersenyum di ufuk timur. Aku sendiri tak tahu kenapa aku menangis.
Mungkin karena mulai saat itu, aku terpisah dari raga ibuku. Aku tak lagi
berada di tempat yang super nyaman, dan aku harus beradaptasi dengan atmosfer
yang baru. Kala itu aku hanya mampu menangis
untuk mengumumkan kehadiranku pada dunia: “Hai, dunia! aku datang! dengan dua
kaki mungilku, dengan dua tangan mungilku, dengan dua mata dan telingaku yang
belum berfungsi secara sempurna. Tapi aku akan tumbuh besar dan kuat, dan aku akan
menjadi sebagian dari tanda-tanda kebesaran Penciptaku.”
Well. . Alhamdulillh telah lahir putri pertama dari bapak Amad
Miftahudin dan Ibu Indah Setyo Wardani. yaa tak lain dan tak bukan itu adalah
aku Aviani Nur Avivah.
Masih berdasarkan cerita dari ibuku, kala itu rasa syukur kepada
Allah tak henti-hentinya mereka ucapkan, karena bagi mereka kehadiranku
merupakan anugerah yang luar biasa dan dengan adanya aku semakin melengkapi
kebahagiaan mereka di dunia ini. “Alhamdulillaah” (jadi Ge’Er, xixixi) tak lama
setelah kelahiranku, Ayah mengumandangkan adzan di telinga kananku, lalu
dilanjutkan iqomah di telinga kiriku. Ayah
mengenalkanku pada kalimah-kalimah yang mengagungkan Tuhanku yang Esa. kalimah-kalimah
ikrar dan kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah, serta kesaksian bahwa
Muhammad SAW adalah rasulNya. kalimah-kalimah yang menyeruku agar aku tak
amnesia untuk mendirikan shalat dan membaktikan diriku kepada Tuhanku,
Dan hari demi hari
telah ku lewati. Akupun semakin terbiasa dengan atmosfer keduniawian. Aku semakin mampu untuk merasakan besarnya
kasih sayang dari ayah dan ibuku, hingga tiap tangisku tidaklah berarti, yang
ada hanyalah senyuman bahagia akibat limpahan kasih sayang dari orang-orang
disekitarku, tak hanya itu organ-organ pada tubuhku terus tumbuh dan aku mulai
dapat mem-fungsikannya, ingatanku juga mulai tersetting secara sempurna hingga masih
tersimpan rapi dalam memory otakku saat aku belajar menyanyi bersama ibu. Dan
ini lagu yang sering ku dendangkan (boleh dibilang lagu faforitku):
*Ambilkan bulan bu
Ambilkan
bulan bu
Ambilkan
bulan bu dilangit
Dilangit
bulan benderang, cahyanya sampai ke bintang
Ambilkan bulan bu untuk menerangi tidurku yang lelap dimalam gelap
Ambilkan bulan bu untuk menerangi tidurku yang lelap dimalam gelap
*aku anak sehat tubuhku kuat,
karena ibuku rajin dan cermat,
semasa aku bayi diberi asi makanan bergizi dan imunisasi,
berat badanku di timbang slalu
posyandu menunggu setiap waktu
bila aku diare ibu slalu waspada
pertolongan oralit slalu siap sedia”
sesungguhnya masih banyak lagu” yang ibu ajarkan kepadaku. tapi
hanya ini yang aku tulis disini karna kedua lagu tersebut paling sering ku
nyanyikan dulu, bersama ibu tentunya. .
Terbayang pula gambaran masa lalu saat ayah mengajariku membaca,
menulis dan berhitung. “ I es is te ata en ana “istana” . lalu tak lupa
diajarinya macam -macam huruf hijaiyah agar aku mampu membaca kitab suci
Al-Qur’anul Karim. hahay girangnya kala itu saat aku mulai bisa baca tulis. Namun
tak berhenti sampai disitu. Hingga saat ini Ayah dan ibuku terus membimbingku
agar aku mampu mengikuti arus kehidupan.
*haaahhh!
Aku rindu masa kecilku!! ingin rasanya mengulang kenangan manis dulu, tapi itu
tak mungkin! Its Imposible! Hanya khayalan!! L
*Dan hari
ini usiaku menginjak 20 tahun,, bukan angka yang sedikit, bahkan habis sudah
jari jari tangan dan kakiku untuk menghitungnya,,,. Semakin tua dewasa saja aku
ini. Tapi yang ku rasa banyaknya nilai yang menunjukkan usiaku belum berbanding
lurus dengan apa yang telah aku capai selama ini. aku belum mampu berbuat suatu
hal yang berarti dalam hidupku. Tuhan telah memberi begitu banyak karunia
kepadaku tapi aku sendiri belum bisa berbuat sebanyak yang seharusnya untuk
mensyukuri semua nikmat itu. Entah Berapa banyak dosa yang telah ku perbuat,
Berapa banyak kebaikan yang telah ku kumpulkan,
Yaa Tuhan, maafkanlah hambamu yang berlumur dosa ini.
Di
moment ini ku ucap rasa syukurku kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat
dan karunianya, hingga pada saat ini aku masih diberi kesempatan untuk
menghirup udara segar, dan berjumpa dengan orang-orang terkasihku. Aku juga
bersyukur karna Allah masih mengizinkanku
memperbaiki berbagai kesalahan dan membuka kembali peluang
kebaikan-kebaikan yang belum aku raih. tak
lupa salawat serta salam untuk pelita hidupku Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabatnya.
Untuk ayah dan ibuku terimakasih atas limpahan kasih sayang yang
telah kalian berikan padaku,, dalam tiap
do’aku pasti kan ku sebut nama kalian,, Dan aku akan terus berusaha sebaik
mungkin agar kelak aku mendengar ucapan tulus dari bibir kalian “Anakku,,, kami
bangga mempunyai anak seprtimu “ ^semoga. .
Untuk Adik adikku (Zainul Afianto dan Fathul Amam) terimaksih atas
support yang telah kalian berikan untuk “mba”. Terimakasih telah menemaniku
dikala sedih dan senang. Terimakasih telah meramaikan hari hariku. Terimakasih
mau berebut chanel TV denganku, heee :D
Untuk
kerabat dan sahabat sahabatku terimakasih telah memberi banyak warna dalam
hidupku, terimakasih atas perhatian, support, motivasi, pelajaran, pengalaman
dan semangat yang kalian berikan untukku. Yang pasti semua itu menjadi modal
berharga untuk kehidupanku di masa depan.
I LOVE
YOU ALL . . .
^^ Secercah Harapan
Bismillah.
. . ya Allah dengan bertambahnya umurku sekaligus berkurangnya jatah hidupku di
dunia ini, aku berharap semoga umurku selama ini berkah, semoga aku mapu
bersikap lebih dewasa, mampu membahagiakan orang-orang disekitarku. mampu
menjadi wanita yang baik, Mampu menjaga hijabku, Mampu menjadi hambamu yang
taat dan senantiasa berada pada jalan lurusmu, semoga semakin teguh islam dan
imanku. Dan apapun yang terjadi semoga aku senantiasa ingat dan bersyukur
kepadamu. . . aamiin ya Rabb
0 komentar:
Posting Komentar