v Saat kita diciptakan
Rasulullah
saw. yang mulia, para sahabatnya, para khalifah, para ulama, ilmuwan muslim di
masa kejayaan Islam, pejuangnya dan orang-orang hebat dan mulia karena keimanan
dan ketakwaan lainnya diciptakan dengan proses penciptaan yang sama. Berawal
dari sel sperma yang membuahi sel telur dan atas izin Allah Swt, jadilah
embrio, lalu dalam waktu tertentu tumbuh sebagai janin dan akhirnya lahir ke
dunia. Bagaimana dengan para begundal macam Fir’aun, Abu Jahal, Hitler,
Mussolini, George W Bush dan orang yang sejenis perilakunya dengan mereka,
apakah diciptakan dari bahan yang berbeda dengan orang-orang yang mulia? Nggak.
Sama, Bro. Semua manusia diciptakan sama. Bahan bakunya sama: sel sperma (air
mani) dan ovum (sel telur).
Allah
Swt, menyampaikan penjelasan ini dalam firmanNya (yang artinya): “Bukankah dia dahulu setetes mani yang
ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu
Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya,” (QS al-Qiyaamah [75]: 37-38)
Dalam
ayat lain (yang artinya): “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak
mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia
mendengar dan melihat.” (QS
al-Insaan [76]: 2)
amat jelas.
Bahwa yang beriman dan yang kafir diciptakan oleh Allah Swt. dari bahan yang
sama. So, yang membedakan mereka satu
sama lain ketika sudah lahir ke dunia adalah informasi dan cara belajarnya
untuk memperbaiki kualitas hidupnya. Apa yang diperbuatnya di dunia inilah yang
akan dipertanggung jawabkan nanti di akhirat kelak.
Allah
Swt. berfirman (yang artinya): “Dia-lah
yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari
segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian
(kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian
(dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan
sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang
ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).” (QS al-Mu’min [40]: 67)
Juga
dalam ayat yang lain Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang
menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia
menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?” (QS Kahfi [18]: 37)
Ayat-ayat
ini membuktikan kepada kita bahwa manusia (anak keturunan Adam) diciptakan dari
“bahan baku” yang sama. Orang yang sekarang beriman, berilmu dan gemar beramal
shalih ditempatkan di rahim ibunya sebelum lahir ke dunia. Orang yang
pikirannya korengan dan hatinya borok alias gemar maksiat dan tak mengimani
Allah Swt. pun sebelum lahir ditempatkan sama di rahim ibunya. Tak ada bedanya.
Kalo
dalam penciptaan saja sama, dan saat itu kita lemah kenapa harus merasa
berkuasa dan menentang Allah Swt.? Kalo memang perkasa, harusnya nggak lemah
dan bisa menghidupi diri sendiri sejak “menciptakan diri sendiri” sampai lahir
ke dunia. Iya nggak sih? Nah inilah renungan buat kita semua, bahwa kita sejak
awal penciptaan tak dibedakan prosesnya.
Oya,
ini juga menjadi proses kesadaran bagi kita bahwa kita tak perlu merasa minder
dengan orang yang hebat saat ini. Kita hanya perlu memahami bahwa “start” semua
orang sama. Semua manusia lahir ke dunia setelah melalui proses yang sama. Itu
sebabnya, tidak ada alasan bahwa kita harus menyerah dan tak semangat dalam
hidup. Sebaliknya, siapkan diri untuk berprestasi. Karena hidup tak sekadar
tumbuh, tapi juga harus berkembang. Kalo cuma tumbuh, kita jadi nggak ada
bedanya dengan ‘peradaban’ hewan. Justru kelebihan manusia dari hewan adalah
karena manusia memiliki akal untuk berpikir. Contoh nyata, manusia dengan
pemikirannya bisa mengembangkan kehidupannya. Hewan tidak. Jika manusia
kedinginan ia akan mencari kehangatan. Tidak puas dengan sekadar duduk di depan
api unggun, manusia menciptakan pakaian pelindung, menciptakan tempat tinggal
yang bukan saja melindunginya dari dingin, tapi juga sengatan matahari. Hewan?
Malah manusia yang membuatkan rumah, eh kandangnya. Silakan eksplorasi sendiri
perkembangan yang berhasil dibuat oleh manusia. Amat banyak dan bahkan teramat
terbanyak. Allah Swt. memberikan semua itu untuk kebaikan manusia. Tetapi
ternyata masih aja ada manusia yang nggak menyadarinya.
v Hiasi dengan iman, ilmu dan
amal
Para orangtua
kita mungkin sering banget nasihatin kita soal kehidupan. Maklumlah, mereka kan
lebih banyak waktu yang dihabiskannya di dunia ini ketimbang kita. Usianya aja
jelas jauh beda ama kita. Iya dong, kalo seumuran namanya temen, bukan ortu. So, wajar banget dong kalo
nasihatin kita-kita soal hidup. Karena ortu kita udah pengalaman puluhan tahun
lebih lama di dunia ini ketimbang kita-kita. Tul nggak sih?
Sobat muda
muslim, kita juga jadi bisa belajar kepada ortu atau siapa pun yang lebih
pengalaman dan lebih tahu tentang bagaimana menjalani hidup dengan nyaman,
aman, dan tentunya menikmatinya dengan senang hati. Meski, tentu saja, bukan
hidup namanya kalo nggak ada rintangan, halangan, dan bahkan tekanan. Karena
kehidupan itu sendiri adalah ladang ujian buat kita, sekaligus ladang ibadah
dan amal. Kalo kita bisa menjalaninya dengan baik, maka ujian hidup itu akan
memberikan kita pengalaman yang sangat berarti.
Itu sebabnya,
kita wajib heran kalo ada orang yang menjalani kehidupan tanpa mimpi, tanpa
cita-cita, tanpa target, tanpa evaluasi, dan bahkan tanpa belajar. Sebab, hidup
di dunia ini harus ada bekasnya. Baik untuk diri sendiri, orang lain, untuk
agama kita, dan juga untuk ibadah kepada Allah Swt.
Sobat, insya Allah iman kita, ilmu kita,
dan amal shalih kita akan memberikan tambahan kenikmatan dalam menjalani
kehidupan di dunia ini sesuai dengan ajaran yang kita anut selama ini, yakni
Islam.
Oke deh, , kiranya cukup sampai
disini, ,
Semoga artikel
ini dapat memberikan semangat dan wawasan baru buat kamu semua dalam menjalani
kehidupan di dunia. Tetap optimis, sabar, bersyukur dan senantiasa menanamkan
kekuatan iman, semangat mengkaji ilmu, dan gemar melakukan amal shalih kepada
sesama. Sip deh, jadikan hidup yang memang sekali dan sesaat ini penuh makna
dan nikmati sesuai aturanNya. Siap kan? Harus!
Link terkait : solihin@gaulislam.com
Link terkait : solihin@gaulislam.com
0 komentar:
Posting Komentar