Pages

Selasa, 13 November 2012

EVALUASI NON TES



TEKNIK EVALUASI NON TES DALAM PEMBELAJARAN

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Semester V
Program Strata Satu (S.I) Fakultas Tarbiyah
Mata Kuliah: Sistem Evaluasi Pembelajaran

Dosen
Drs. H. Ari Tasiman, M. Pd



 
 

Oleh :
AVIANI NUR AVIVAH
NIM. 2104166


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
(STAINU) KEBUMEN
2012


KATA PENGANTAR

Alhamdulullah segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan banyak kenikmatan, berupa segala yang telah dirasakan dalam kehidupan ini. Satu diantaranya adalah pemberian ilmu dan kemampuan menuangkannya kedalam bentuk tulisan serta menjadikannya kedalam bentuk makalah yang berjudul “Teknik Evaluasi Non Tes dalam pembelajaran”. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada beliau Nabi Akhiruz zaman yaitu Nabi Muhammad SAW, keluarga serta para sahabat-sahabat Baginda.
Penulis berkewajiban menyampaikan ucapan terima kasih kepada para dosen dan guru besar yang mana penulis banyak menimba ilmu dari padanya, khususnya Yth. Drs. H. Ari Tasiman, M. Pd yang telah memberikan ilmu baru dalam pelajaran Sistem Evaluasi Pembelajaran.
Tulisan ini tentu saja jauh dari sempurna, karenanya penulis senantiasa mengharapkan masukan dan kritik yang konstruksi dari pada pembaca. Meski disadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, namun penulis tetap berharap bahwa tulisan ini bisa bermanfaat.
Akhir kata, dengan tangan terbuka dan rasa tanggung jawab kami mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat pembetulan dari para pembaca yang budiman, yang kiranya dapat meningkatkan motivasi dalam belajar. Amin.



                                                                                           Kebumen,  Oktober 2012


                                                                                                       Penyusun


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I      PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah.............................................................................. 2

BAB II    PEMBAHASAN
A.       Definisi Evaluasi Pembelajaran.......................................................... 3
B.       Pengertian teknik evaluasi non tes………………………………..    3
C.       Jenis-jenis evaluasi non tes
1.   Pengamatan (Observation)..…………………………………...     3
2.   Wawancara (interview)……………………………………………    6
3.   Kuesioner………………………………………………………..    7
4.   Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)……………..      9
5.   Study Kasus……………………………………………………    10

BAB III   PENUTUP
A.       Kesimpulan......................................................................................... 12
B.       Saran................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... iv






BAB I
PENDAHULUAN
 A.    Latar Belakang
Evaluasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui bentuk tes uraian maupun tes objektif,
Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian pendidikan telah terlaksana. Contohnya dalam evaluasi  penilaian hasil belajar siswa, kegiatan pengukuran dan penilaian merupakan langkah awal dalam proses evaluasi tersebut. Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk tes dan hal ini yang paling banyak digunakan. Namun, tes bukanlah satu-satunya alat dalam proses pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan sebab masih ada teknik lain yakni teknik “NON TES”.
Teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan secara sistematis, menyebarkan angket, ataupun menilai/mengamati dokumen-dokumen yang ada (Sudijono,2009). Pada evaluasi penilaian hasil belajar, teknik ini biasanya digunakan untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotorik, sedangkan teknik tes digunakan untuk mengukur pada ranah kognitif. Berikut ini akan dijelaskan tentang resume pengertian, bentuk-bentuk non-tes, dan beberapa contoh dalam pelaksanaan teknik non tes.
Teknik non tes jarang dilakukan mengingat waktu yang diperlukan juga banyak dan juga persiapan yang lebih daripada evaluasi menggunakan tes. Namun kepentingan yang ada membuta teknik evaluasi non tes ini juga penting.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian teknik evaluasi non tes ?
2.      Apa sajakah jenis-jenis evaluasi non tes ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1.      Untuk mengetahui pengertian teknik evaluasi non tes.
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis evaluasi non tes.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tekhnik Non Tes
Teknik penilaian non tes jika dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes dapat kita artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan Panca indera (Widiyoko, 2009)
B. Jenis-jenis Tekhnik Non Tes
Teknik nontes merupakan salah satu teknik evaluasi program dalam bidang pendidikan yang tujuannya untuk menilai atau mengevaluasi program yang akan, sedang atau telah dilaksanakan yang dilakukan dengan cara pengamatan (observation), wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnaire), memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis). Teknik non-tes memegang peranan penting dalam mengevaluasi dari segi ranah sikap hidup (affective domain), dan ranah keterampilan (psychomotoric domain).
1.      Pengamatan (Observation)
Pengamatan merupakan cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan (Djaali & Muljono, 2008). Sebagai alat evaluasi, pengamatan digunakan untuk menilai individu maupun kelompok mengenai tingkah lakunya atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik itu dalam situasi yang sebenarnya (real situation) maupun dalam situasi buatan (manipulative situation).
a.       Jenis-Jenis Observasi
Martyn Denscombe (2010) menyatakan ada dua jenis pengamatan yang esensial yaitu pengamatan sistematis (systematic observation) yaitu pengamatan yang dilakukan dengan perencanaan yang matang dan pengamatan partisipatif (participant observation) yaitu pengamatan yang melibatkan observer (pengamat) pada kegiatan observee (yang diamati).
Pengamatan sistematis berlandaskan pada kerangka kerja yang memuat factor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi ditetapkan dan dibatasi secara tegas sehingga pengamatan sekaligus pencatatan yang dilakukan oleh evaluator bersifat selektif. Faktor-faktor apa saja yang tercantum dalam pedoman observasi itulah yang diamati dan dicatat. Wujud konkret dari pedoman observasi adalah sebuah atau beberapa buah formulir yang di dalamnya dimuat segi-segi, aspek-aspek atau tingkah laku yang perlu diamati dan dicatat pada waktu berlangsungnya kegiatan para siswa.

Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1)      Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
2)      Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.

Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:
1)      Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.
2)      Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
3)      Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.

Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta  didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya

b.      Kelebihan dan kekurangan observasi
Menurut Arifin (2009) Kelebihan dan kekurangan observasi antara lain:
·         Kelebihan
1)      Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.
2)      Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan.
3)      Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi.
4)      Tidak terikat dengan laporan pribadi.
·         Kekurangan
1)         Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri.
2)         Biasanya masalah pribadi sulit diamati.
3)         Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
2.  Wawancara (interview)
Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang terlah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang diwancarai.
Dari pengertian tersebut kita dapat simpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat komunikasi).
a.        Jenis-jenis wawancara
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:
1)      Wawancara terpimpin (guided interview)
Yaitu biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview), dimana wawancara ini selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.
2)      Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview), biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (nonsystematic interview) atau wawancara bebas, diamana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh evaluator. Dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat seketika.
b.      Kelebihan dan Kekurangan
·         Kelebihan
1)      dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu
2)      mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber
3)      Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber dapat memahami maksud penelitian secara baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan baik pula
4)      Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah ditetapkan
5)      Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
·         Kekurangan
1)      memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya
2)      dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara.

3.   Kuesioner
Angket merupakan teknik non-tes yang digunakan untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka serta sebagai bahan dalam menysusun kurikulum dan program pembelajaran. Angket sebagai alat evaluasi juga berguna untuk mengungkap latar belakang orang tua siswa yang sewaktuwaktu bisa dimanfaatkan terutama jika ternyadi kasus-kasus tertentu pada siswa.
Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Adapun tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data.
Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap.
a.       Jenis-jenis quesioner
Jenis-jenis kuesioner (menurut Yusuf , dalam Artiatiu, 2010)
 Kuesioner dari segi isi dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu:
1)      Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang menanyakan tentang fakta antara lain seperti jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll.
2)      Pertanyaan perilaku adalah apabila guru menginginkan tingkah laku seseorang siswa dalam kegiatan di sekolah atau dalam proses belajar mengajar.
3)      Pertanyaan informasi adalah apabila melalui instrument itu guru ingin mengungkapkan berbagai informasi atau menggunakan fakta.
4)      Pertanyaan pendapat dan sikap adalah kuesioner yang berkaitan dengan perasaan, kepercayaan predisposisi, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan objek yang dinilai.
Kuesioner dari jenisnya dapat dibedakan atas 3 yaitu :
1)      Tertutup, kuesioner yang alternative jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu. Responden hanya memilih diantara alternative yang telah disediakan.
2)      Terbuka, kuesioner ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu yang ditanyakan sesuai dengan pandangan dan kemampuannya. Alternative jawaban tidak disediakan. Mereka menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun kalimat dalam bahasa sendiri
3)      Tertutup dan terbuka, kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua bentuk yang telah dibicarakan. Yang berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping disediakan alternative,  diberi  juga  kesempatan  keoada  siswa/mahasiswa  untuk mengemukakan alternative jawabannya sendiri, apabila alternative yang disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang bersangkutan.
      Kuesioner dari segi yang menjawab dapat dibedakan atas 2, yaitu :
1)      Kuesioner langsung, yaitu kuesioner yang langsung dijawab/diisi oleh individu yang akan diminta keterangannya.
2)      Kuesioner tidak langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain, (orang yang tidak diminta keterangannya).
b.        Kelebihan dan kekurangan
Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi,  diantaranya yaitu:
1)      Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
2)      Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3)      Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
1)      Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
2)      Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3)      Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.

4.      Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)

Pemeriksaan dokumen merupakan teknik non-tes untuk mengevaluasi kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar siswa tanpa menguji baik itu berupa informasi mengenai daftar riwayat hidup siswa maupun daftar riwayat hidup orang tua siswa. Berbagai informasi baik mengenai siswa, orang tua siswa, dan lingkungannya pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi guru dalam melakukan evaluasi hasil belajar siswa. Informasi-informasi tersebut dapat direkam melalui sebuah dokumen berbentuk formulir atau blanko isian yang diisi pada saat siswa pertama kali diterima di sekolah tertentu.

5. Studi kasus
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya (Djamarah : 2000). Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga percayaan inti dalam studi kasus, yaitu:
1)      Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
2)      Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
3)      Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang digunakan adalah  depth-interview  , yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.
a.        Kelebihan dan kekurangan
 Seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui  selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan

Beberapa petunjuk untuk melaksanakan studi kasus dalam bidang pendidikan khusunya disekolah:
  1. Menemukan siswa sebagai kasus, artinya menetapkan siapa-siapa diantara siswa yang mempunyai masalah khusus untuk dijadikan kasus.
  2. Menetapkan jenis masalah apa yang dihadapai siswa dan perlu mendapat bantuan pemecahan oleh guru dalam langkah ini guru sebaiknya mewawancarai siswa untuk menentukan jenis masalah yang dihadapi siswa tersebut.
  3. Mencari bukti-bukti lain untuk lebih meyakinkan kebenaran masalah yang dihadapi siswa tersebut melalui analisis hasil belajar yang dicapainya, mengamati perilakunya, bertanya kepada teman sekelasnya, kalau perlu minta penjelasan dari orang tuanya.
  4. Mencari sebab-sebab timbulnya masalah dari berbagai aspek yang berkenaan dengan siswa itu sendiri.
  5. Menganalisis sebab-sebab tersebut dan menghubungkanya dengan tingkah laku siswa agar diperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai latar belakang siswa.
  6. Dengan informasi yang telah lengkap tentang faktor penyebab tersebut, guru dapat menentukan sebuah alternatif pemecahanya. Setiap informasi dikaji lebih lanjut untuk menetapkan alternatif mana yang paling baik untuk dapat mengatasi masalah siswa.
  7. Alternatif yang telah teruji sebagai upaya pemecahan masalah dibicarakan dengan siswa untuk secara bertahap diterapkan, baik oleh siswa itu sendiri ataupun oleh guru.
  8. Terus mengadakan pengamatan dan pemantauan terhadap tingkah laku siswa tersebut untuk melihat perubahan-perubahanya, jika belum menunjukan perubahan, perlakuan guru harus lebih ditingkatkan lagi dengan menggunakan alternatif  lain yang telah ditemukan sebelumnya.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa dalam melaksanakan evaluasi dalam dunia  pendidikan kita tidak hanya semata dapat menggunakan instrument tes. Namun, kita bisa menggunakan instrument non tes dalam kegiatan pengukuran dan penilaian. Teknik non tes pada umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap (affective domain) dan ranah ketrampilan (Psychomotoric domain).
Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebihlebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti presepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, prsepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan sebagainya. Yang semua itu tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat pengikutnya.
Teknik non tes dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis,  melakukan wawancara, menyebar angket, dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen, dan juga dapat dilakukan dengan teknik skala nilai, teknik evaluasi partisipatif, dan studi kasus
           B.     Saran
Diharapkan para pendidik dan calon pendidik memahami bahwa evaluasi non tes juga sangat penting     disamping evaluasi tes. Karena dapat dinilai sikap, afektif dan psikomotorik dari mahasiswa sehingga dapat dijadikan panduan untuk meningkatkan kualitas kependidikan.






DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arifin,Zaenal (2009),  Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur,  Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arniatiu (2010). Evaluasi Pembelajaran. Makalah Perkuliahan. Padang : Non-Publikasi.
Bahri Djamarah, Saiful (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta
Bahri Djamarah, Saiful (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
Daryanto (2008), Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudijono,Anas (2009) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Fuadi, Athok. Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo Press, 2006).
Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara 
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung, PT Remaja Rosdakarya :1 Widoyoko,S. Eko Putra (2009) Evaluasi Program
http://evaluasipembelajaran.com

0 komentar:

Posting Komentar

Selasa, 13 November 2012

EVALUASI NON TES

Diposting oleh Aviani Nur Avivah di 08.59


TEKNIK EVALUASI NON TES DALAM PEMBELAJARAN

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Semester V
Program Strata Satu (S.I) Fakultas Tarbiyah
Mata Kuliah: Sistem Evaluasi Pembelajaran

Dosen
Drs. H. Ari Tasiman, M. Pd



 
 

Oleh :
AVIANI NUR AVIVAH
NIM. 2104166


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
(STAINU) KEBUMEN
2012


KATA PENGANTAR

Alhamdulullah segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan banyak kenikmatan, berupa segala yang telah dirasakan dalam kehidupan ini. Satu diantaranya adalah pemberian ilmu dan kemampuan menuangkannya kedalam bentuk tulisan serta menjadikannya kedalam bentuk makalah yang berjudul “Teknik Evaluasi Non Tes dalam pembelajaran”. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada beliau Nabi Akhiruz zaman yaitu Nabi Muhammad SAW, keluarga serta para sahabat-sahabat Baginda.
Penulis berkewajiban menyampaikan ucapan terima kasih kepada para dosen dan guru besar yang mana penulis banyak menimba ilmu dari padanya, khususnya Yth. Drs. H. Ari Tasiman, M. Pd yang telah memberikan ilmu baru dalam pelajaran Sistem Evaluasi Pembelajaran.
Tulisan ini tentu saja jauh dari sempurna, karenanya penulis senantiasa mengharapkan masukan dan kritik yang konstruksi dari pada pembaca. Meski disadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, namun penulis tetap berharap bahwa tulisan ini bisa bermanfaat.
Akhir kata, dengan tangan terbuka dan rasa tanggung jawab kami mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat pembetulan dari para pembaca yang budiman, yang kiranya dapat meningkatkan motivasi dalam belajar. Amin.



                                                                                           Kebumen,  Oktober 2012


                                                                                                       Penyusun


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I      PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah.............................................................................. 2

BAB II    PEMBAHASAN
A.       Definisi Evaluasi Pembelajaran.......................................................... 3
B.       Pengertian teknik evaluasi non tes………………………………..    3
C.       Jenis-jenis evaluasi non tes
1.   Pengamatan (Observation)..…………………………………...     3
2.   Wawancara (interview)……………………………………………    6
3.   Kuesioner………………………………………………………..    7
4.   Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)……………..      9
5.   Study Kasus……………………………………………………    10

BAB III   PENUTUP
A.       Kesimpulan......................................................................................... 12
B.       Saran................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... iv






BAB I
PENDAHULUAN
 A.    Latar Belakang
Evaluasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui bentuk tes uraian maupun tes objektif,
Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian pendidikan telah terlaksana. Contohnya dalam evaluasi  penilaian hasil belajar siswa, kegiatan pengukuran dan penilaian merupakan langkah awal dalam proses evaluasi tersebut. Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk tes dan hal ini yang paling banyak digunakan. Namun, tes bukanlah satu-satunya alat dalam proses pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan sebab masih ada teknik lain yakni teknik “NON TES”.
Teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan secara sistematis, menyebarkan angket, ataupun menilai/mengamati dokumen-dokumen yang ada (Sudijono,2009). Pada evaluasi penilaian hasil belajar, teknik ini biasanya digunakan untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotorik, sedangkan teknik tes digunakan untuk mengukur pada ranah kognitif. Berikut ini akan dijelaskan tentang resume pengertian, bentuk-bentuk non-tes, dan beberapa contoh dalam pelaksanaan teknik non tes.
Teknik non tes jarang dilakukan mengingat waktu yang diperlukan juga banyak dan juga persiapan yang lebih daripada evaluasi menggunakan tes. Namun kepentingan yang ada membuta teknik evaluasi non tes ini juga penting.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian teknik evaluasi non tes ?
2.      Apa sajakah jenis-jenis evaluasi non tes ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1.      Untuk mengetahui pengertian teknik evaluasi non tes.
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis evaluasi non tes.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tekhnik Non Tes
Teknik penilaian non tes jika dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes dapat kita artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan Panca indera (Widiyoko, 2009)
B. Jenis-jenis Tekhnik Non Tes
Teknik nontes merupakan salah satu teknik evaluasi program dalam bidang pendidikan yang tujuannya untuk menilai atau mengevaluasi program yang akan, sedang atau telah dilaksanakan yang dilakukan dengan cara pengamatan (observation), wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnaire), memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis). Teknik non-tes memegang peranan penting dalam mengevaluasi dari segi ranah sikap hidup (affective domain), dan ranah keterampilan (psychomotoric domain).
1.      Pengamatan (Observation)
Pengamatan merupakan cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan (Djaali & Muljono, 2008). Sebagai alat evaluasi, pengamatan digunakan untuk menilai individu maupun kelompok mengenai tingkah lakunya atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik itu dalam situasi yang sebenarnya (real situation) maupun dalam situasi buatan (manipulative situation).
a.       Jenis-Jenis Observasi
Martyn Denscombe (2010) menyatakan ada dua jenis pengamatan yang esensial yaitu pengamatan sistematis (systematic observation) yaitu pengamatan yang dilakukan dengan perencanaan yang matang dan pengamatan partisipatif (participant observation) yaitu pengamatan yang melibatkan observer (pengamat) pada kegiatan observee (yang diamati).
Pengamatan sistematis berlandaskan pada kerangka kerja yang memuat factor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi ditetapkan dan dibatasi secara tegas sehingga pengamatan sekaligus pencatatan yang dilakukan oleh evaluator bersifat selektif. Faktor-faktor apa saja yang tercantum dalam pedoman observasi itulah yang diamati dan dicatat. Wujud konkret dari pedoman observasi adalah sebuah atau beberapa buah formulir yang di dalamnya dimuat segi-segi, aspek-aspek atau tingkah laku yang perlu diamati dan dicatat pada waktu berlangsungnya kegiatan para siswa.

Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1)      Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
2)      Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.

Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:
1)      Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.
2)      Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
3)      Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.

Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta  didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya

b.      Kelebihan dan kekurangan observasi
Menurut Arifin (2009) Kelebihan dan kekurangan observasi antara lain:
·         Kelebihan
1)      Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.
2)      Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan.
3)      Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi.
4)      Tidak terikat dengan laporan pribadi.
·         Kekurangan
1)         Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri.
2)         Biasanya masalah pribadi sulit diamati.
3)         Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
2.  Wawancara (interview)
Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang terlah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang diwancarai.
Dari pengertian tersebut kita dapat simpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat komunikasi).
a.        Jenis-jenis wawancara
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:
1)      Wawancara terpimpin (guided interview)
Yaitu biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview), dimana wawancara ini selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.
2)      Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview), biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (nonsystematic interview) atau wawancara bebas, diamana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh evaluator. Dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat seketika.
b.      Kelebihan dan Kekurangan
·         Kelebihan
1)      dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu
2)      mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber
3)      Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber dapat memahami maksud penelitian secara baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan baik pula
4)      Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah ditetapkan
5)      Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
·         Kekurangan
1)      memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya
2)      dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara.

3.   Kuesioner
Angket merupakan teknik non-tes yang digunakan untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka serta sebagai bahan dalam menysusun kurikulum dan program pembelajaran. Angket sebagai alat evaluasi juga berguna untuk mengungkap latar belakang orang tua siswa yang sewaktuwaktu bisa dimanfaatkan terutama jika ternyadi kasus-kasus tertentu pada siswa.
Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Adapun tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data.
Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap.
a.       Jenis-jenis quesioner
Jenis-jenis kuesioner (menurut Yusuf , dalam Artiatiu, 2010)
 Kuesioner dari segi isi dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu:
1)      Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang menanyakan tentang fakta antara lain seperti jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll.
2)      Pertanyaan perilaku adalah apabila guru menginginkan tingkah laku seseorang siswa dalam kegiatan di sekolah atau dalam proses belajar mengajar.
3)      Pertanyaan informasi adalah apabila melalui instrument itu guru ingin mengungkapkan berbagai informasi atau menggunakan fakta.
4)      Pertanyaan pendapat dan sikap adalah kuesioner yang berkaitan dengan perasaan, kepercayaan predisposisi, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan objek yang dinilai.
Kuesioner dari jenisnya dapat dibedakan atas 3 yaitu :
1)      Tertutup, kuesioner yang alternative jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu. Responden hanya memilih diantara alternative yang telah disediakan.
2)      Terbuka, kuesioner ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu yang ditanyakan sesuai dengan pandangan dan kemampuannya. Alternative jawaban tidak disediakan. Mereka menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun kalimat dalam bahasa sendiri
3)      Tertutup dan terbuka, kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua bentuk yang telah dibicarakan. Yang berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping disediakan alternative,  diberi  juga  kesempatan  keoada  siswa/mahasiswa  untuk mengemukakan alternative jawabannya sendiri, apabila alternative yang disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang bersangkutan.
      Kuesioner dari segi yang menjawab dapat dibedakan atas 2, yaitu :
1)      Kuesioner langsung, yaitu kuesioner yang langsung dijawab/diisi oleh individu yang akan diminta keterangannya.
2)      Kuesioner tidak langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain, (orang yang tidak diminta keterangannya).
b.        Kelebihan dan kekurangan
Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi,  diantaranya yaitu:
1)      Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
2)      Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3)      Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
1)      Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
2)      Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3)      Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.

4.      Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)

Pemeriksaan dokumen merupakan teknik non-tes untuk mengevaluasi kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar siswa tanpa menguji baik itu berupa informasi mengenai daftar riwayat hidup siswa maupun daftar riwayat hidup orang tua siswa. Berbagai informasi baik mengenai siswa, orang tua siswa, dan lingkungannya pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi guru dalam melakukan evaluasi hasil belajar siswa. Informasi-informasi tersebut dapat direkam melalui sebuah dokumen berbentuk formulir atau blanko isian yang diisi pada saat siswa pertama kali diterima di sekolah tertentu.

5. Studi kasus
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya (Djamarah : 2000). Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga percayaan inti dalam studi kasus, yaitu:
1)      Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
2)      Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
3)      Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang digunakan adalah  depth-interview  , yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.
a.        Kelebihan dan kekurangan
 Seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui  selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan

Beberapa petunjuk untuk melaksanakan studi kasus dalam bidang pendidikan khusunya disekolah:
  1. Menemukan siswa sebagai kasus, artinya menetapkan siapa-siapa diantara siswa yang mempunyai masalah khusus untuk dijadikan kasus.
  2. Menetapkan jenis masalah apa yang dihadapai siswa dan perlu mendapat bantuan pemecahan oleh guru dalam langkah ini guru sebaiknya mewawancarai siswa untuk menentukan jenis masalah yang dihadapi siswa tersebut.
  3. Mencari bukti-bukti lain untuk lebih meyakinkan kebenaran masalah yang dihadapi siswa tersebut melalui analisis hasil belajar yang dicapainya, mengamati perilakunya, bertanya kepada teman sekelasnya, kalau perlu minta penjelasan dari orang tuanya.
  4. Mencari sebab-sebab timbulnya masalah dari berbagai aspek yang berkenaan dengan siswa itu sendiri.
  5. Menganalisis sebab-sebab tersebut dan menghubungkanya dengan tingkah laku siswa agar diperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai latar belakang siswa.
  6. Dengan informasi yang telah lengkap tentang faktor penyebab tersebut, guru dapat menentukan sebuah alternatif pemecahanya. Setiap informasi dikaji lebih lanjut untuk menetapkan alternatif mana yang paling baik untuk dapat mengatasi masalah siswa.
  7. Alternatif yang telah teruji sebagai upaya pemecahan masalah dibicarakan dengan siswa untuk secara bertahap diterapkan, baik oleh siswa itu sendiri ataupun oleh guru.
  8. Terus mengadakan pengamatan dan pemantauan terhadap tingkah laku siswa tersebut untuk melihat perubahan-perubahanya, jika belum menunjukan perubahan, perlakuan guru harus lebih ditingkatkan lagi dengan menggunakan alternatif  lain yang telah ditemukan sebelumnya.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa dalam melaksanakan evaluasi dalam dunia  pendidikan kita tidak hanya semata dapat menggunakan instrument tes. Namun, kita bisa menggunakan instrument non tes dalam kegiatan pengukuran dan penilaian. Teknik non tes pada umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap (affective domain) dan ranah ketrampilan (Psychomotoric domain).
Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebihlebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti presepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, prsepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan sebagainya. Yang semua itu tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat pengikutnya.
Teknik non tes dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis,  melakukan wawancara, menyebar angket, dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen, dan juga dapat dilakukan dengan teknik skala nilai, teknik evaluasi partisipatif, dan studi kasus
           B.     Saran
Diharapkan para pendidik dan calon pendidik memahami bahwa evaluasi non tes juga sangat penting     disamping evaluasi tes. Karena dapat dinilai sikap, afektif dan psikomotorik dari mahasiswa sehingga dapat dijadikan panduan untuk meningkatkan kualitas kependidikan.






DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arifin,Zaenal (2009),  Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur,  Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arniatiu (2010). Evaluasi Pembelajaran. Makalah Perkuliahan. Padang : Non-Publikasi.
Bahri Djamarah, Saiful (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta
Bahri Djamarah, Saiful (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
Daryanto (2008), Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudijono,Anas (2009) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Fuadi, Athok. Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo Press, 2006).
Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara 
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung, PT Remaja Rosdakarya :1 Widoyoko,S. Eko Putra (2009) Evaluasi Program
http://evaluasipembelajaran.com

0 komentar on "EVALUASI NON TES"

Posting Komentar